“Makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal yang sholeh” (QS. Al- Mukminum: 52).
“ Hai orang-orang yang beriman, makanlah dari rezeki yang baik-baik”. (QS.Albaqarah: 172)
Menelusuri kedua petikan terjemahan firman Allah
di atas, seolah menyiratkan bahwa sesuatu yang paling dekat dengan
kebutuhan
kita, juga perlu adanya pola selektif dan
konsumtif yang paling baik- tentunya yang dibenarkan syariat. Kedua hal tersebut telah menjelaskan bahwa
ada
hal yang harus
diperhatikan dalam memilih dan mengkonsumsi makanan, yaitu kebaikannya.
Dalam hal ini, kebaikan suatu makanan dan minuman yang kita konsumsi akan sangat
bergantung pada sumber dan manfaatnya serta cara memperolehnya. Pada petikan ayat pertama, yaitu dalam surat al-mukminun:52 telah dijelaskan anjuran untuk memakanan makanan yang
baik dan kemudian kita dianjurkan melakukan amalah shalih. Ada apa dibalik kesinambungan
antara makanan
yang baik dengan
anjuran
melakukan
amalah yang shalih? Tentu hal ini menarik
banyak pemikir untuk mencerdasi padanan kalimat majemuk tersebut. Secara bahasa,
penambahan
kata “dan” dalam kalimat tertentu menujukkan
adanya hubungan yang kuat. Sebab, pada dasarnya makanan yang kita konsumsi akan menjadi daging dan pengisi energi tubuh dalam menjalankan seluruh aktivitas.
Bayangkan saja, bagaimana jika segala hal yang kita konsumsi masa ini justru dari jenis yang kurang baik atau bahkan tidak teruji
kehalalannya? Tentu ini akan menjadi masalah besar, yang hari ini jarang di permasalahkan. Topik pola konsumtif yang sering diangkat ke public sering
kali hanya mengkritisi soal
label
saja. Halal
atau tidak halal.
Tidak demikian
sederhananya. Ada berbagai macam aspek lain yang menjadi kriteria suatu makanan dikatakan baik dan membawa kebaikan atau keberkahan. Beberapa kriteria tersebut selalin halal, tentu
harus jelas dari mana sumber uangnya, bagaimana proses memperolehnya, lalu memasaknya
dan
kemudian ketika memakannya.
Segala aktivitas yang kita lakukan akhirnya menjadi
cerminan atas apa yang kita makan. Segala ibadah yang kita
kerjakan justru akan hilang dan berkurang pahala kebaikannya atau
bahkan
tidak ada sama sekali. Kenapa?
Hanya karena kita kurang memperhatikan
kebaikana makanan yang kita konsumsi. Kalau makanannya saja tidak baik, dari segi kriteria yang
sudahdijelaskan
sebelumnya, tidak mungkin pula Allah
akan
terima doa-doanya. Maka surat
Almukminun sudah menjelaskan dengan sangat rinci dan rapat poin. Maka cukup jelas
untuk kita
cerdasi.
Kemudian soal
makanan halal, tentu itu akan menjadikan banyak manfaat bagi
tubuh,
apalagi membawa kebaikan. Jadi, proses tubuh juga akan terjaga stabilitasnya dengan adanya pola konsumtif yang mempertimbangkan segi kebaikan atas makanan yang kita peroleh. Tentang makanan dan minuman yang halal, juga terdapat beberapa kaitan dengan perintah ibadah qurban
yang dianjurkan pada umat islam. Kenapa harus berkurban? . Dalam surat Al-Kautsar:2 telah dijelaskan “ Maka dirikanlah shalat, dan berkurbanlah”. Hal ini menjadi
patokan
terhadap pola makanan yang baik, sebab daging hewan kurban yang dikonsumsi akan membawa kebaikan
yang paling baik.
Daging hewan kurban
adalah jenis makanan
paling baik gizinya, teruji kehalalannya jika dikelola dengan cara baik baik-baik dalam
prosedur ibadahnya. Hal ini juga menyiratkan bahwa hewan
kurban juga perlu dicari yang paling baik kualitasnya, cara dan proses pemeliharaan dan
penyembelihannya. Ini akan sangat menentukan apakah daging kurban tersebut akan menjadi
makanan yang baik atau bahkan sebaliknya.
Reza Ibnu Muslim
Pendidikan Kimia 2011

Tidak ada komentar:
Posting Komentar