Translate

Senin, 29 September 2014

-Halal dari Sudut Konsumtif-
























Makanlah dari makanan yang baik-baik     dan kerjakanlah amal yang sholeh (QS. AlMukminum: 52).
 Hai orang-orang yang beriman, makanlah dari rezeki yang baik-baik. (QS.Albaqarah: 172)

 Menelusuri kedua petikan terjemahan firman Allah di atas, seolah menyiratkan bahwa sesuatu yang paling dekat dengan kebutuhan kita, juga perlu adanya pola selektif dan konsumtif yang paling baik- tentunya yang dibenarkan syariat. Kedua hal tersebut telah menjelaskan bahwa ada hal yang harus diperhatikan dalam memilih dan mengkonsumsi makanan, yaitu kebaikannya.
Dalam hal ini, kebaikan suatu makanan dan minuman yang kita konsumsi akan sangat bergantung pada sumber dan manfaatnya serta cara memperolehnya. Pada petikan ayat pertama, yaitu dalam surat al-mukminun:52 telah dijelaskan anjuran untuk memakanan makanan yang baik dan kemudian kita dianjurkan melakukan amalah shalih. Ada apa dibalik kesinambungan antara makanan yang baik dengan anjuran melakukan amalah yang shalih? Tentu hal ini menarik banya pemiki untuk   mencerdasi   padana kalima majemuk   tersebut Secar bahasa, penambahan kata dan dalam kalimat tertentu menujukkan adanya hubungan yang kuat. Sebab, pada dasarnya makanan yang kita konsumsi akan menjadi daging dan pengisi energi tubuh dalam menjalankan seluruh aktivitas.
Bayangkan saja, bagaimana jika segala hal yang kita konsumsi masa ini justru dari jenis yang kurang baik atau bahkan tidak teruji kehalalannya? Tentu ini akan menjadi masalah besar, yang hari ini jarang di permasalahkan. Topik pola konsumtif yang sering diangkat ke public sering  kali  hanya  mengkritisi  soal  label  saja Halal  atau  tida halal.  Tidak  demikian sederhananya. Ada berbagai macam aspek lain yang menjadi kriteria suatu makanan dikatakan baik dan membawa kebaikan atau keberkahan.  Beberapa kriteria tersebut selalin halal, tentu harus jelas dari mana sumber uangnya, bagaimana proses memperolehnya, lalu memasaknya dan kemudian ketika memakannya.
Segala aktivitas yang kita lakukan akhirnya menjadi cerminan atas apa yang kita makan. Segala ibadah yang kita kerjakan justru akan hilang dan berkurang pahala kebaikannya atau bahkan tidak ada sama sekali. Kenapa? Hanya karena kita kurang memperhatikan kebaikana makanan yang kita konsumsi. Kalau makanannya saja tidak baik, dari segi kriteria yang sudahdijelaskan sebelumnya, tidak mungkin pula Allah akan terima doa-doanya. Maka surat Almukminun sudah menjelaskan dengan sangat rinci dan rapat poin. Maka cukup jelas untuk kita cerdasi.
Kemudian soal makanan halal, tentu itu akan menjadikan banyak manfaat bagi tubuh, apalagi membawa kebaikan. Jadi, proses tubuh juga akan terjaga stabilitasnya dengan adanya pola konsumtif yang mempertimbangkan segi kebaikan atas makanan yang kita peroleh. Tentang makanan dan minuman yang halal, juga terdapat beberapa kaitan dengan perintah ibadah qurban yang dianjurkan pada umat islam. Kenapa harus berkurban? . Dalam surat Al-Kautsar:2 teladijelaskan Maka dirikanlah shalat, dan berkurbanlah. Hal ini menjadi patokan terhadap pola makanan yang baik, sebab daging hewan kurban yang dikonsumsi akan membawa kebaikan yang paling baik.
Daging hewan kurban adalah jenis makanan paling baik gizinya, teruji kehalalannya jika dikelola dengan cara baik baik-baik dalam prosedur ibadahnya. Hal ini juga menyiratkan bahwa hewan kurban juga perlu dicari yang paling baik kualitasnya, cara dan proses pemeliharaan dan penyembelihannya. Ini akan sangat menentukan apakah daging kurban tersebut akan menjadi makanan yang baik atau bahkan sebaliknya.




 Reza Ibnu Muslim
Pendidikan Kimia 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FORUM STUDI ISLAM (FOSI) 2020

  UKM LDF Al m udarris memiliki enam bidang yang masing-masing bidangnya menjalankan program kerja yang bermacam ragam , termas...