Tradisi
perpeloncoan hampir selalu ada di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi tiap
tahunnya. Praktek seperti itu tak jarang memakan korban, baik cedera fisik
maupun hilangnya nyawa. Dan yang sudah pasti, cedera hati. Bila di dalam pusat
pendidikan saja sudah dibiasakan budaya jahiliah seperti itu, lalu bagaimana
diluar ? Sudah pasti akan tumbuh subur meski dengan kadar yang berbeda.
Islam
begitu memperhatikan keharmonisan antar individu, yang tua (senior) menyayangi
yang muda (junior), yang muda menghormati yang tua, dan seterusnya. Hal
tersebut juga dimasukkan ke dalam salah
satu cabang iman. Artinya, belum sempurna iman seseorang bila belum tumbuh pada
dirinya sikap kasih sayang (rahmah)
kepada yang muda dan hormat (tauqir)
kepada yang tua. Sangat keliru apabila kita mengabaikannya ataupun malah
menghilangkannya.
Islam
telah memasukkan doktrin menghormati yang lebih tuan dan menyayangi yang lebih
muda ke dalam salah satu cabang iman. Doktrin itu tidak dianggap hanya sebagai
tradisi sopan santun, namun sebagai bagian penting dari keimanan. Seseorang
belum dianggap sempurna keimanannya sebelum menghormati orang yang lebih tua
begitu juga sebaliknya.
Islam
tidak hanya mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya, tetapi juga
mengatur dengan detail hubungan manusia dengan dengan sesamanya dan alam
sekitarnya. Dalam kaitannya dengan pola interaksi manusia dengan sesamanya ini,
islam mengakui adanya hierarki antara senior dan junior serta orang tua dengan
orang yang lebih muda. Hubungan antara senior dan Junior ini diungkapkan dalam
Al-Qur’an dengan sangat indah dalam Surah Al-Hasyr [59] ayat 10. Ayat tersebut
menjelaskan bagaimana harmonisnya hubungan antara kaum Anshar selaku penduduk yang
telah menetap lama di Kota Madinah dan kaum Muhajirin selaku pendatang.
Ibnu
Abi Laila menjelaskan tentang tafsir ayat ini, ia berkata,”Manusia terbagi
kepada beberapa tingkatan, yaitu tingkatan Muhajirin, tingkatan Anshar, dan
tingkatan generasi sesudahnya yang selalu mengikuti jejak Muhajirin dan Anshar.”
Dalam Kaitannya, senioritas paling alami biasanya diukur dari sisi umur. Orang yang
lebih muda usianya menghormati yang lebih tua. Anak menghormati orang tua, adik
menghormati kakak, dan begitu seterusnya.
Rasulullah
SAW pernah bersabda, “Bukanlah termasuk golongan kami orang yang tidak
menyayangi orang muda di antara kami, dan tidak mengetahui kemuliaan
orang-orang yang tua di antara kami.” (Riwayat At-Tirmidzy dari Abdullah bin ‘Amr).
Diceritakan bahwa Abu Bakar Ash-Shidiq suatu hari mendatangi shalat berjamaah
di masjid. Tak seperti biasa, saat iqamah dikumandangkan beliau belum ada di
masjid. Rupanya langkahnya menuju masjid terhambat karena di depannya ada orang
tua yang berjalan tertatih-tatih.
TELADAN ABADI
Walaupun
Abu Bakar bisa mendahului orang tersebut agar dapat mengikuti shalat berjamaah
secara sempurna, tetapi demi penghormatannya kepada orang yang lebih tua itu,
ia bersabar menunggu. Beliau akhirnya baru bisa bergabung shalat berjamaah dengan
Rasulullah pada saat jamaah sudah mulai ruku’. Ketika itu saat bangkit dari
ruku’, Rasuluah mengucapkan kalimat i’tidal
, “sami’allahu liman hamidah”. Sejak
kejadian itu, kalimat “Allahu Akbar” yang biasa dipakai untuk menandai semua
perpindahan gerakan shalat berubah menjadi kaimat I’tidal saat bangkit dari ruku’. Satu sejarah yang luar biasa yang
mengingatkan kita, kaum Muslim tentang pentingnya menghormati orang yang lebih
tua.
SENIOR KEILMUAN
Faktor usia bukan satu-satunya
penentu penghormatan, dalam Islam justru orang yang paling utama dihormati
adaah orang yang lebih memahami agama dan lebih banyak beramal saleh. Keluasan ilmu
yang desertai kemampuan untuk mengamalkannya, inilah yang menjadi faktor utama
penghormatan tersebut. Salah satu cara menghormati orang yang lebih berilmu
dari kita adalah menjaga kewibawaan mereka. Harus tumbuh keseganan pada saat
kita berbicara maupun saat berkelakar.
Sedang termasuk diantaranya cara
menghormati ulama adalah tidak mendebat mereka, apalagi mengujinya. Bertanyalah
hal-hal yang penting saja, juga tidak bertanya hal-hal yang sulit dimengeti
olehnya. Sikap utama orang yang beriman adalah menghormati ilmu dan memuliakan
orang yang berilmu. (sumber : Hidayatullah)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar