Translate

Jumat, 25 September 2015

12 ADAB SALING MENYAYANGI ANTAR GENERASI



Dalam komunitas apapun dan di manapun selalu ada generasi pendahulu/ perintis (al-mubtadi) dan generasi pelajut /pewaris (al-muqtadi). Namun, kedudukan para pendahulu selalu saja lebih utama daripada pewarisnya. Ahi hikmah pernah memberi nasehat, “Al-Afdhalu lil mubtadi waau ahsanal muqtadi (pendahulu itu lebih utama sekalipun pelanjut lebih baik).” Generasi pendahulu klita adalah para salafush shalih. Merekalah yang pertama menyambut seruan iman (assabiqul awwalun).
Allah SWT berfirman, dalam Surah At-Taubah [9] ayat 100  yang artinya :
”orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka danmerekapun ridha kepada Alah, dan Allah menyediakan bagi mereka surge-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di didalamnya. Itulah kemenangan yang besar. (At-Taubah [9] : 100)
            Mereka menjadi utama disisi Allah SWT karena selama 13 tahun di Makkah mereka mendapat tantangan yang begitu berat. Mereka hanya berjumlah kurang dari 200 orang harus menghadapi hokum jahiliyah yang sangat kuat. Mereka adalah pondasi dakwa yang sudah teruji dalam kebersihan hati, kedalaman ilmu, dan kemuiaan akhlak. Tak heran jika Allah SWT pun mengutamakan mereka dalam firman-Nya :
            “Dan orang-orang yang paling dahulu (beriman) merekalah yang paling dahulu masuk surga.” (Al-Waqiah [56] : 10)
            Sedangkan di Madinah, meskipun jangka waktunya lebih pendek dibanding masa Makkah, yakni 10 tahun, namun mampu melahirkan umat sebanya 10.000 orang. Itulah sebabnya islam mendidik kita untuk menghormati para pendahulu. Tanpa mereka, kita tidak mungkin eksis hari ini.
ADAB-ADAB MULIA
            Agar terjadi hubungan  yang indah antar generasi (al-mu’asyarah bil ma’ruf) dan kecintaan secara timbal balik antara generasi tua dan muda maka perlu ditradisikan adab-adab yang mulia berikut ini.
1.      Generasi tua (senior) harus memberi contoh /teladan terbaik sebagai prajurit aqidah, ibadah, dan akhak. Tua-tua berbudi, makin tua makin mengabdi. Jangan sampai yang terjadi, tua-tua keladi, makin tua makin menjadi-jadi (dalam melakukan penyimpangan)
2.      Generasi mudah (junior) harus menghormati generasi tua. Mereka harus sadar jika mereka tidak mampu memuliakan para pendahulunya, maka generasi sesudah mereka tidak akan menghormati mereka. Seorang yang tidak saleh bagi orangtuanya mustahil melahirkan anak yang saleh.
3.      Saling mendoakan untuk kebaikan masing-masing generasi.
4.      Generasi muda jangan membuat fitnah sepeninggal pendahulunya. Karena mereka lebih dahulu berbuat. Sedangkan amal kita hari ini belum tentu diterima Allah SWT
5.      Tidak mendengki, terutama kepada pendahulu kita yang beriman. Karena sikap itu akan mencukur sendi-sendi agama dan menghapus kebaikan.
6.      Menjunjung tinggi keutamaan pendahulu sesuai timbangan syariat dan mengubur dalam-dalam kekurangannya. Namun, penghormatan dan kecintaan kepada mereka tidak mengubur sikap kritis, sehingga tidak terjerumus pada sikap al-ghuluw wat-taqdis (berebih-lebihan daam mencintai dan mengkultuskan). Ini terjadi pada kaum Nabi Nuh yang memuliakan nenek moyang mereka sampai menyembahnya.
7.      Menolak perintah pendahulu kita jika perintahnya menjerumus pada perbuaan dosa, namun tetap bergaul dengan cara yang ma’ruf
8.      Generasi muda harus menyadari bahwa keutamaannya diukur dari kedalaman ilmu syariat dan kualitasketakwaan, tidak semata-mata kekuatan fisik. Imam Syafi’I mengatakan “ Ingatlah, sesungguhnya jati diri pemuda itu dinilai dari keilmuan dan ketakwaan. Jika keduanya tidak melekat di dalam struktur kepribadiannya, tidaklah dianggap sebagai pemuda.”
9.      Generasi tua yang saleh harus menyadari bahwa warisan material dan immaterial akan dijaga oleh pelanjut yang saleh pula. Fakta historis membuktikan, harta pusaka orang saleh yang terdahulu dijaga dua hamba pilihan-Nya yaitu, Nabi Musa dan Nabi Khidhir.
10.  Masing-masing generasi harus menyadari bahwa perintis kebaikan (sanna sunnatan hasanah) akan kebagian pahala oleh para pengikutnya. Demikian pula perintis kejahatan (sanna sunnatan sayyiatan) akan kebagian dosa dari para pendukungnya pula.
11.  Mendahulukan kewajiban kepada pendahulu daripada menuntut hak. Ahli hikmah mengatakan “Qaddimil khidmah qablal’ilm (dahulukan mengabdi kepada guru senbelum memperoleh ilmu) ”
12.  Ikhlas dalam memnjalani proses alih generasi. Siap disiplin dan siap memimpin. Generasi tua dan muda saat dipimpin atau memimpin tidak membeda-bedakan peran dan jabatan
Orientasi dakwah adalah amal saleh, bukan kursi, komisi, dan ambisi. Bukan pula interest pribadi yang bisa membuat hati dirasuki jiwa suka tampil, selalu ingin didepan, selalu ingin ‘number one’.
Dengan kata lain, tidak ambisius terhadap jabatan, tetapi  jika diberi amanah, ia menerimanya dengan penuh tanggung jawab dan memohon pertolongan kepada Allah SWT.
Wallahu a’lam bish shawab……   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FORUM STUDI ISLAM (FOSI) 2020

  UKM LDF Al m udarris memiliki enam bidang yang masing-masing bidangnya menjalankan program kerja yang bermacam ragam , termas...