Dalam komunitas apapun dan di manapun selalu
ada generasi pendahulu/ perintis (al-mubtadi)
dan generasi pelajut /pewaris (al-muqtadi).
Namun, kedudukan para pendahulu selalu saja lebih utama daripada pewarisnya.
Ahi hikmah pernah memberi nasehat, “Al-Afdhalu
lil mubtadi waau ahsanal muqtadi (pendahulu itu lebih utama sekalipun
pelanjut lebih baik).” Generasi pendahulu klita adalah para salafush shalih. Merekalah yang pertama
menyambut seruan iman (assabiqul awwalun).
Allah SWT berfirman, dalam Surah At-Taubah [9]
ayat 100 yang artinya :
”orang-orang
yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islam) dari golongan muhajirin dan
anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada
mereka danmerekapun ridha kepada Alah, dan Allah menyediakan bagi mereka
surge-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka
kekal di didalamnya. Itulah kemenangan yang besar. (At-Taubah [9] : 100)
Mereka
menjadi utama disisi Allah SWT karena selama 13 tahun di Makkah mereka mendapat
tantangan yang begitu berat. Mereka hanya berjumlah kurang dari 200 orang harus
menghadapi hokum jahiliyah yang sangat kuat. Mereka adalah pondasi dakwa yang
sudah teruji dalam kebersihan hati, kedalaman ilmu, dan kemuiaan akhlak. Tak
heran jika Allah SWT pun mengutamakan mereka dalam firman-Nya :
“Dan orang-orang yang paling dahulu
(beriman) merekalah yang paling dahulu masuk surga.” (Al-Waqiah [56] : 10)
Sedangkan
di Madinah, meskipun jangka waktunya lebih pendek dibanding masa Makkah, yakni
10 tahun, namun mampu melahirkan umat sebanya 10.000 orang. Itulah sebabnya
islam mendidik kita untuk menghormati para pendahulu. Tanpa mereka, kita tidak
mungkin eksis hari ini.
ADAB-ADAB
MULIA
Agar
terjadi hubungan yang indah antar
generasi (al-mu’asyarah bil ma’ruf) dan
kecintaan secara timbal balik antara generasi tua dan muda maka perlu
ditradisikan adab-adab yang mulia berikut ini.
1. Generasi tua (senior) harus memberi contoh
/teladan terbaik sebagai prajurit aqidah, ibadah, dan akhak. Tua-tua berbudi,
makin tua makin mengabdi. Jangan sampai yang terjadi, tua-tua keladi, makin tua
makin menjadi-jadi (dalam melakukan penyimpangan)
2. Generasi mudah (junior) harus menghormati
generasi tua. Mereka harus sadar jika mereka tidak mampu memuliakan para
pendahulunya, maka generasi sesudah mereka tidak akan menghormati mereka.
Seorang yang tidak saleh bagi orangtuanya mustahil melahirkan anak yang saleh.
3. Saling mendoakan untuk kebaikan masing-masing
generasi.
4. Generasi muda jangan membuat fitnah
sepeninggal pendahulunya. Karena mereka lebih dahulu berbuat. Sedangkan amal
kita hari ini belum tentu diterima Allah SWT
5. Tidak mendengki, terutama kepada pendahulu
kita yang beriman. Karena sikap itu akan mencukur sendi-sendi agama dan
menghapus kebaikan.
6. Menjunjung tinggi keutamaan pendahulu sesuai
timbangan syariat dan mengubur dalam-dalam kekurangannya. Namun, penghormatan
dan kecintaan kepada mereka tidak mengubur sikap kritis, sehingga tidak
terjerumus pada sikap al-ghuluw
wat-taqdis (berebih-lebihan daam mencintai dan mengkultuskan). Ini terjadi
pada kaum Nabi Nuh yang memuliakan nenek moyang mereka sampai menyembahnya.
7. Menolak perintah pendahulu kita jika
perintahnya menjerumus pada perbuaan dosa, namun tetap bergaul dengan cara yang
ma’ruf
8. Generasi muda harus menyadari bahwa keutamaannya
diukur dari kedalaman ilmu syariat dan kualitasketakwaan, tidak semata-mata
kekuatan fisik. Imam Syafi’I mengatakan “ Ingatlah, sesungguhnya jati diri
pemuda itu dinilai dari keilmuan dan ketakwaan. Jika keduanya tidak melekat di
dalam struktur kepribadiannya, tidaklah dianggap sebagai pemuda.”
9. Generasi tua yang saleh harus menyadari bahwa
warisan material dan immaterial akan dijaga oleh pelanjut yang saleh pula.
Fakta historis membuktikan, harta pusaka orang saleh yang terdahulu dijaga dua
hamba pilihan-Nya yaitu, Nabi Musa dan Nabi Khidhir.
10. Masing-masing generasi harus menyadari bahwa
perintis kebaikan (sanna sunnatan hasanah)
akan kebagian pahala oleh para pengikutnya. Demikian pula perintis kejahatan (sanna sunnatan sayyiatan) akan kebagian
dosa dari para pendukungnya pula.
11. Mendahulukan kewajiban kepada pendahulu
daripada menuntut hak. Ahli hikmah mengatakan “Qaddimil khidmah qablal’ilm (dahulukan mengabdi kepada guru senbelum
memperoleh ilmu) ”
12. Ikhlas dalam memnjalani proses alih generasi. Siap
disiplin dan siap memimpin. Generasi tua dan muda saat dipimpin atau memimpin
tidak membeda-bedakan peran dan jabatan
Orientasi dakwah adalah amal saleh, bukan
kursi, komisi, dan ambisi. Bukan pula interest pribadi yang bisa membuat hati
dirasuki jiwa suka tampil, selalu ingin didepan, selalu ingin ‘number one’.
Dengan kata lain, tidak ambisius terhadap
jabatan, tetapi jika diberi amanah, ia
menerimanya dengan penuh tanggung jawab dan memohon pertolongan kepada Allah
SWT.
Wallahu a’lam
bish shawab……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar