Translate

Sabtu, 20 Oktober 2012

MAKNA ISTIGHFAR (eSyiar Edisi II)


Sahabat Syiar yang baik hatinya (sekali-kali niru gaya Om Mario, hehe...), seringkali ketika amarah kita tidak terkendalikan lagi, maka yang kita lakukan adalah mengungkapkannya dengan berbagai cara. Ada yang meledak-ledak (kayak kompor aja...), ada yang membanting-banting (sayangnya bukan banting tulang cari nafkah!), ada yang melempar-lempar, dan sebagainya. Malah, di Amerika sekarang sudah ada yang namanya “Anger Room”! Kamar ini khusus disediakan buat yang lagi pengen meluapkan amarahnya. Di kamar itu tersedia berbagai peralatan yang sering kali menjadi sasaran kemarahan. Ada cermin, gelas, kursi, dan kawan-kawan, ...eh dan lain-lain. Dengar-dengar nih, ketersediaan barang di dalamnya tergantung pesanan pelanggan, kalau bayarannya mahal, maka barang-barang yang akan dipecahkanpun akan banyak terdapat di dalamnya. Kalau nggak, ya sedikit. Hehe...

Oke, sudahlah. Bukan itu yang kita bahas. Fokus kita kali ini adalah untuk mengetahui makna yang tersirat dalam istighfar. Di edisi sebelumnya, kita telah sepakat bahwa apabila kita terlanjur marah, maka hal terbaik yang harus kita lakukan secepatnya adalah beristighfar.

Istighfar berarti memohon ampunan dengan disertai penyesalan dan janji untuk tidak mengulangi kesalahan lagi. Jadi, istighfar itu mirip taubat, dong? Yupp, that’s right. Istighfar itu adalah taubat, dan taubat adalah istighfar.

Sahabat Syiar, istighfar adalah kalimat pendek, namun ternyata sarat makna. Mari kita teliti lebih dalam.

Pertama, ketika kita beristighfar, berarti kita memohon ampunan kepada Allah atas dosa yang telah kita perbuat. Kita juga memohon kepada Allah agar Dia berkenan menutupi aib-aib kita. Jadi, karena tidak ada satupun dari kita yang luput dari dosa, maka istighfar seharusnya menjadi kewajiban bagi kita untuk selalu mengucapkannya.

Kedua, ketika kita beristighfar, kita juga memohon agar Allah memperbaiki amal ibadah kita, memperkuat aqidah kita. Karena iman itu naik turun sesuai kondisi ruhiyah kita, maka ini juga menjadi alasan bahwa istighfar itu sebenarnya menjadi suatu kebutuhan bagi ruhiyah kita. Betul?

Mungkin karena alasan inilah, Rasulullah pernah bersabda: “Sungguh hatiku didera kerinduan yang sangat dalam, sehingga aku beristighfar seratus kali setiap hari.” (HR. Muslim).

Saudaraku, ternyata dalam penerapannya, istighfar tidak hanya ditujukan untuk personal. Pernah nggak kita memohon ampunan untuk saudara-saudara kita yang Muslim? Saya yakin, jawabannya pernah. Mari kita perhatikan salah satu bentuk istighfar di bawah ini.

Astaghfirullahal ‘adzim, lii waliwaalidayya, walijami’il huquuqi waajibati ‘alayya, walijami’il muslimin wal-muslimaat wal-mu’minin wal mu’minaat al-ahyaa’I minhum wal-amwaat.
(Aku mohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung, bagiku dan bagi kedua orang tuaku, dan bagi seluruh orang yang menjadi tanggungan kewajibanku, dan bagi umat muslimin dan muslimat, dan kaum mu’minin dan mu’minat).

Bayangkan saja, jika setiap dari kita membaca istighfar yang sama setiap harinya. Saya sangat yakin koneksi antar hati kita menjadi sangat kuat. Mengapa? Karena setiap saat, kita selalu memohon ampunan dan penguatan iman dan aqidah kita serta saudara-saudara kita. Imbasnya, hati menjadi lebih tenang, menjadi saling memahami bahwa setiap manusia pernah berbuat kesalahan. Kesemuanya ini berujung pada ketentraman hidup bersosial. Terciptanya ketentraman sosial merupakan syarat mutlak yang dibutuhkan untuk memajukan perekonomian suatu bangsa. Subhanallah, begitu dahsyatnya efek yang ditimbulkan oleh istighfar.

Karena itu Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang membiasakan dirinya selalu beristighfar kepada Allah, maka Allah mudahkan saat ia sulit, Allah gembirakan saat ia sedih, dan Allah beri reezki dari jalan yang tidak pernah ia duga.”
Kemudian dalam Al Qur’an surat Nuh ayat 10-12, Allah swt. berfirman, “Beristighfarlah kepada Tuhanmu –sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun– niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan(pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh:10-12)

Subhanallah, ternyata jelaslah prediksi kita di atas, bahwa istighfar akan memudahkan rezeki: menurunkan hujan, membanyakkan harta, melahirkan generasi-generasi yang Insya Allah akan menjadi generasi yang lebih baik dari kita.

Sahabat Syiar, berikut adalah beberapa faedah istighfar.
1.      Diampuni dosanya oleh Allah. Allah berfirman: "Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS An-Nisa’: 110);
2.      Mendapatkan rasa aman dari azab baik secara khusus maupun umum. Firman Allah: Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada
di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka,
sedang mereka meminta ampun. "
(QS Al-Anfal: 33)
3.      Mendapatkan kenikmatan yang baik. Allah berfirman: "Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu "berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari
kiamat".
(QS Huud: 3)
4.      Menambah kekuatan. Firman Allah: Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu,
dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa."
(QS Hud : 52)
5.      Menghilangkan kesusahan dan memudahkan rezeki sebagaimana sabda Rasulullah: Barang siapa yang selalu beristighfar, maka Allah akan menjadikan keluh kesah kegembiaran, kesempitan menjadi keleluasaan.” (HR.Ahmad & Abu Daud)

Saudaraku, sepertinya memang tidak ada alasan lagi bagi kita untuk tidak menjadikan istighfar sebagai kebutuhan (bukan sekedar kewajiban). Mungkin karena alasan inilah, Rasulullah tidak pernah melewati harinya kecuali ia telah beristighfar 100 kali.

Nastaghfirullahal ‘adhim, alladzi la ilaha illa anta, nastaghfiruka min kulli dzanbina, ya Allah.

Oleh: Yulifhirmarijal
Kabid Syiar 1433 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FORUM STUDI ISLAM (FOSI) 2020

  UKM LDF Al m udarris memiliki enam bidang yang masing-masing bidangnya menjalankan program kerja yang bermacam ragam , termas...