Sahabat Syiar yang
baik hatinya (sekali-kali niru gaya Om Mario, hehe...), seringkali
ketika amarah kita tidak terkendalikan lagi, maka yang kita lakukan adalah
mengungkapkannya dengan berbagai cara. Ada yang meledak-ledak (kayak kompor aja...),
ada yang membanting-banting (sayangnya bukan banting tulang cari nafkah!), ada
yang melempar-lempar, dan sebagainya. Malah, di Amerika sekarang sudah ada yang
namanya “Anger Room”! Kamar ini
khusus disediakan buat yang lagi pengen meluapkan
amarahnya. Di kamar itu tersedia berbagai peralatan yang sering kali menjadi
sasaran kemarahan. Ada cermin, gelas, kursi, dan kawan-kawan, ...eh dan
lain-lain. Dengar-dengar nih, ketersediaan barang di dalamnya
tergantung pesanan pelanggan, kalau bayarannya mahal, maka barang-barang yang
akan dipecahkanpun akan banyak terdapat di dalamnya. Kalau nggak, ya sedikit. Hehe...
Oke, sudahlah. Bukan itu yang kita bahas. Fokus kita kali
ini adalah untuk mengetahui makna yang tersirat dalam istighfar. Di edisi
sebelumnya, kita telah sepakat bahwa apabila kita terlanjur marah, maka hal
terbaik yang harus kita lakukan secepatnya adalah beristighfar.
Istighfar berarti memohon ampunan dengan disertai
penyesalan dan janji untuk tidak mengulangi kesalahan lagi. Jadi, istighfar itu
mirip taubat, dong? Yupp, that’s right.
Istighfar itu adalah taubat, dan taubat adalah istighfar.
Sahabat Syiar, istighfar adalah
kalimat pendek, namun ternyata sarat makna. Mari kita teliti lebih dalam.
Pertama, ketika kita
beristighfar, berarti kita memohon ampunan kepada Allah atas dosa yang telah
kita perbuat. Kita juga memohon kepada Allah agar Dia berkenan menutupi aib-aib
kita. Jadi, karena tidak ada satupun dari kita yang luput dari dosa, maka
istighfar seharusnya menjadi kewajiban bagi kita untuk selalu mengucapkannya.
Kedua, ketika kita
beristighfar, kita juga memohon agar Allah memperbaiki amal ibadah kita,
memperkuat aqidah kita. Karena iman itu naik turun sesuai kondisi ruhiyah kita,
maka ini juga menjadi alasan bahwa istighfar itu sebenarnya menjadi suatu
kebutuhan bagi ruhiyah kita. Betul?
Mungkin karena alasan inilah, Rasulullah pernah bersabda:
“Sungguh
hatiku didera kerinduan yang sangat dalam, sehingga aku beristighfar seratus kali setiap hari.” (HR. Muslim).
Saudaraku, ternyata dalam penerapannya, istighfar tidak
hanya ditujukan untuk personal. Pernah nggak
kita memohon ampunan untuk saudara-saudara kita yang Muslim? Saya yakin,
jawabannya pernah. Mari kita perhatikan salah satu bentuk istighfar di bawah
ini.
Astaghfirullahal
‘adzim, lii waliwaalidayya, walijami’il huquuqi waajibati ‘alayya, walijami’il
muslimin wal-muslimaat wal-mu’minin wal mu’minaat al-ahyaa’I minhum wal-amwaat.
(Aku mohon ampunan kepada
Allah Yang Maha Agung, bagiku dan bagi kedua orang tuaku, dan bagi seluruh
orang yang menjadi tanggungan kewajibanku, dan bagi umat muslimin dan muslimat,
dan kaum mu’minin dan mu’minat).
Bayangkan saja, jika setiap
dari kita membaca istighfar yang sama setiap harinya. Saya sangat yakin koneksi
antar hati kita menjadi sangat kuat. Mengapa? Karena setiap saat, kita selalu
memohon ampunan dan penguatan iman dan aqidah kita serta saudara-saudara kita. Imbasnya,
hati menjadi lebih tenang, menjadi saling memahami bahwa setiap manusia pernah
berbuat kesalahan. Kesemuanya ini berujung pada ketentraman hidup bersosial.
Terciptanya ketentraman sosial merupakan syarat mutlak yang dibutuhkan untuk
memajukan perekonomian suatu bangsa. Subhanallah,
begitu dahsyatnya efek yang ditimbulkan oleh istighfar.
Karena itu Rasulullah saw. bersabda,
“Barangsiapa yang membiasakan dirinya
selalu beristighfar kepada Allah, maka Allah mudahkan saat ia sulit, Allah
gembirakan saat ia sedih, dan Allah beri reezki dari jalan yang tidak pernah ia
duga.”
Kemudian dalam Al Qur’an
surat Nuh ayat 10-12, Allah swt. berfirman, “Beristighfarlah kepada Tuhanmu –sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun–
niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan
harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan(pula
di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh:10-12)
Subhanallah, ternyata jelaslah prediksi
kita di atas, bahwa istighfar akan memudahkan rezeki: menurunkan hujan,
membanyakkan harta, melahirkan generasi-generasi yang Insya Allah akan menjadi
generasi yang lebih baik dari kita.
Sahabat Syiar, berikut
adalah beberapa faedah istighfar.
1.
Diampuni
dosanya oleh Allah. Allah berfirman: "Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya
dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS An-Nisa’: 110);
2.
Mendapatkan
rasa aman dari azab baik secara khusus maupun umum. Firman Allah: “Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada
di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka,
sedang mereka meminta ampun. " (QS Al-Anfal: 33)
di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka,
sedang mereka meminta ampun. " (QS Al-Anfal: 33)
3. Mendapatkan kenikmatan yang
baik. Allah berfirman: "Dan
hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika
kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik
(terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan
memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan)
keutamaannya. Jika kamu "berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa
siksa hari
kiamat". (QS Huud: 3)
kiamat". (QS Huud: 3)
4.
Menambah
kekuatan. Firman Allah: “Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah
ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan
yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu,
dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." (QS Hud : 52)
dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." (QS Hud : 52)
5. Menghilangkan kesusahan dan
memudahkan rezeki sebagaimana sabda Rasulullah: “Barang
siapa yang selalu beristighfar, maka Allah akan menjadikan keluh kesah kegembiaran,
kesempitan menjadi keleluasaan.” (HR.Ahmad & Abu Daud)
Saudaraku, sepertinya memang
tidak ada alasan lagi bagi kita untuk tidak menjadikan istighfar sebagai
kebutuhan (bukan sekedar kewajiban). Mungkin karena alasan inilah, Rasulullah
tidak pernah melewati harinya kecuali ia telah beristighfar 100 kali.
Nastaghfirullahal
‘adhim, alladzi la ilaha illa anta, nastaghfiruka min kulli dzanbina, ya Allah.
Oleh: Yulifhirmarijal
Kabid Syiar 1433 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar