Translate

Selasa, 20 November 2012

Tahun Baru, Spirit Baru (eSyiar ed. VI/46/1434)

Happy New Year! ‘Eid ‘Aamul Jadid, Sahabat!!
Ya, kita baru saja memasuki tahun baru. Lho, kok nggak ada pesta kembang api dan tiup terompet? Ups, tunggu dulu. Ini beda, Bro!!! Hehe…  Ini tahun baru Hijriah, Islam punya, kita punya! Bukan tahun baru Masehi.

Bagi yang sudah lupa atau pura-pura lupa (hehe, sorry, just kidding), saya ingatkan kembali bahwa 1 Muharram 1434 H jatuh pada hari Kamis di minggu ke-46 tahun 2012 M atau bertepatan pada tanggal 15 November 2012. Ada yang ultah di hari ini? Jika ada, berbahagialah, Anda bisa merayakan hari ulang tahun Anda dengan berpuasa sunat. Niatnya bisa tiga sekaligus, puasa di hari kelahiran (sebagia salah satu bentuk syukur kepada Allah karena masih diberikan umur untuk beramal), puasa di awal bulan Muharram, dan puasa sunnah Senin-Kamis. Wow!!!

Tapi, sudahlah. Ada hal menarik yang ingin kita bahas di sini.
Berbicara tentang tahun baru Hijriah tentu tak bisa dipisahkan dari sebuah sejarah besar dalam Islam, yaitu hijrah. Kita flashback sejenak.
Bermula dari kebingungan seorang gubernur di masa kekhalifahan Amirul Mu’minin ‘Umar ibn Khattab yang mempertanyakan kepada khalifah, mengapa surat-surat yang dikirimkan kepadanya hanya ditandai dengan tanggal dan bulan saja, tanpa tahun? (perlu dicatat bahwa tanggal dan bulan sudah familiar di waktu itu). Atas dasar inilah, khalifah mengumpulkan beberapa sahabat terkemuka untuk menetapkan awal tahun Islam. Ada yang mengusulkan tahun baru Islam dimulai pada hari kelahiran Rasul, ada yang mengusulkan pada hari wafatnya beliau. Setelah dipertimbangkan, akhirnya khalifah memutuskan menerima usul Ali ibn Abi Thalib, tahun Islam dimulai pada hari hijrahnya Rasul dan para sahabat ke Madinah.

Ada beberapa hal yang perlu dicatat di sini. Pertama, keputusan Umar menerima usulan Ali: penanggalan Islam dimulai dari hari hijrah. Sebuah keputusan yang cermat. Momentum yang dijadikan awal penanggalan adalah momentum bersejarah yang bisa dikatakan “terlepas” dari takdir azali. Beda halnya dengan kematian dan kelahiran yang jauh sudah ditetapkan Allah swt. sebelum manusia terlahir ke dunia.
Kita bahas dulu selayang pandan mengenai hijrah. Hijrah adalah perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dengan alasan keamanan. Itu makna lahiriahnya. Hijrah seperti ini tidak ada lagi setelah penaklukan kota Mekkah oleh kaum Muslimin. Secara ruhiyah, hijrah adalah perpindahan dari suatu kondisi ke kondisi lain yang lebih baik. Dan pada tanggal 1 Muharram tahun ke-1 Hijriah, kaum Muslimin telah melakukan hijrah secara lahiriah dan ruhiyah sekaligus. Secara lahiriah, mereka pindah dari Mekkah yang tidak kondusif dan penuh teror ke Madinah yang lebih aman dan masyarakatnya welcome. Secara ruhiyah, kaum Muslimin telah menetapkan hari itu sebagai titik tolak kebangkitan Islam. Mereka bangkit dari keterpurukan di Mekkah menuju tatanan hidup baru di Madinah. Dimulai dengan menjalin ukhuwah yang erat dengan kaum Anshar, akhirnya mereka mampu kembali lagi ke Mekkah sebagai pemenang dalam peristiwa Fathul Makkah.
Sahabatku, maka harapannya adalah dengan momentum yang begitu bersejarah, umat Islam seharusnya mampu melakukan perbaikan dari hari ke hari.

Kedua, keputusan untuk tidak mengikuti tahun Masehi yang sudah sangat terkenal di waktu itu. Setidaknya, saya beranggapan memang seharusnya beginilah karakter umat Islam seharusnya; tidak latah lantas ikut-ikutan meniru budaya yang sudah ada. Kontradiksi memang, jika dibandingkan dengan kondisi umat Islam  sekarang.

Ketiga, sistem penanggalan yang berdasarkan revolusi bulan terhadap bumi. Ini hal baru, karena sistem penanggalan sebelumnya mengacu pada revolusi bumi terhadap matahari. Jika diteliti lebih lanjut, waktu yang dibutuhkan bulan untuk berevolusi terhadap bumi selama 12 kali lebih singkat dibandingkan 1 kali revolusi bumi terhadap matahari. Artinya, satu tahun Hijriah lebih pendek dibandingkan satu tahun Masehi. Apa pesan tersiratnya? Ketika kita menargetkan menyelesaikan suatu pekerjaan dalam satu tahun Hijriah, kita dituntut untuk bekerja lebih cepat dibandingkan dengan orang yang berpatokan pada tahun Masehi.

Semoga kita bisa mengambil ibrah dari refleksi tahun baru Hijriah kali ini. Amin. Wallahu A’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FORUM STUDI ISLAM (FOSI) 2020

  UKM LDF Al m udarris memiliki enam bidang yang masing-masing bidangnya menjalankan program kerja yang bermacam ragam , termas...