Translate

Rabu, 26 Maret 2014

Kisah Lima Perkara Yang Aneh



Abu Laits as-Samarqandi adalah seorang ahli fiqh yang mahsyur. Suatu ketika beliau pernah berkata, ayahku menceritakan bahwa antara nabi-nabi yang bukan Rasul ada menerima wahyu dalam bentuk mimpi dan ada yang hanya mendengar suara. Maka salah seorang Nabi yang menerima wahyu melalui mimpi itu, pada suatu malam bermimpi diperintahkan yang berbunyi, "Esok engkau dikehendaki keluar dari rumah pada waktu pagi untuk berjalan ke barat. Engkau dikehendaki berbuat, pertama; apa yang engkau lihat (hadapi) maka makanlah, kedua; engkau sembunyikan, ketiga; engkau terimalah, keempat; jangan engkau putuskan harapan, yang kelima; larilah engkau daripadanya."
Pada keesokan harinya, Nabi itu pun keluar dari rumahnya menuju ke barat dan kebetulan yang pertama dihadapinya ialah sebuah bukit besar berwarna hitam. Nabi itu kebingungan sambil berkata, "Aku diperintahkan memakan pertama yang aku hadapi, tapi sungguh aneh sesuatu yang mustahil yang tidak dapat dilaksanakan."
Maka Nabi itu terus berjalan menuju ke bukit itu dengan hasrat untuk memakannya. Ketika ia menghampirinya, tiba-tiba bukit itu mengecilkan diri sehingga menjadi sebesar roti. Maka Nabi itu pun mengambilnya lalu disuapkan ke mulutnya. Ketika ditelan terasa sungguh manis bagaikan madu. Nabi itupun mengucapkan syukur 'Alhamdulillah'.
Kemudian Nabi itu meneruskan perjalanannya lalu bertemu dengan sebuah mangkuk emas. Nabi itu teringat akan arahan mimpinya supaya disembunyikan, lantas Nabi itu pun menggali sebuah lubang lalu ditanamkan mangkuk emas itu, kemudian ditinggalkannya. Tiba-tiba mangkuk emas itu keluar kembali. Nabi itu pun menanamkannya seperti semula sehingga tiga kali berturut-turut.
Maka berkatalah Nabi itu, "Aku telah melaksanakan perintah-Mu." Lalu ia pun meneruskan perjalanannya tanpa disadari oleh Nabi itu bahwa mangkuk emas itu keluar kembali dari tempat ia ditanam.
Ketika Nabi itu sedang berjalan, tiba-tiba Nabi itu melihat seekor burung elang sedang mengejar seekor burung kecil. Kemudian ia mendengar burung kecil itu berkata, "Wahai Nabi Allah, tolonglah aku."
Mendengar rayuan si burung , beliau merasa simpati lalu Nabi mengambil burung itu dan dimasukkan ke dalam bajunya. Melihatkan keadaan itu, lantas burung elang itu pun datang menghampiri Nabi itu sambil berkata, "Wahai Nabi Allah, aku sangat lapar dan aku mengejar burung itu sejak pagi tadi. Oleh karena itu janganlah engkau patahkan harapanku dari rezekiku."
Nabi itu teringat akan pesan arahan dalam mimpinya yang keempat, yaitu tidak boleh putuskan harapan. Nabi itu menjadi kebingungan untuk menyelesaikan perkara itu. Akhirnya ia membuat keputusan untuk mengambil pedangnya lalu memotong sedikit daging pahanya dan diberikan kepada elang itu. Setelah mendapat daging itu, elang itupun terbang dan burung kecil tadi dilepaskan dari dalam bajunya.
Setelah kejadian itu, Nabi meneruskan perjalannya. Tidak lama kemudian ia bertemu dengan satu bangkai yang amat busuk baunya, maka ia pun bergegas lari dari situ karana tidak tahan menghirup bau yang menyakitkan hidungnya. Setelah menemui kelima-lima peristiwa itu, maka kembalilah Nabi ke rumahnya. Pada malam itu, Nabi pun berdoa. Dalam doanya dia berkata, "Ya Allah, aku telah melaksanakan perintah-Mu sebagaimana yang engkau beritahu di dalam mimpiku, maka jelaskanlah kepadaku arti semua ini."
Kemudian beliau kembali bermimpi dan Allah Swt memberi tahu maksud perintah itu, "Yang pertama engkau makan itu ialah marah. Pada mulanya nampak besar seperti bukit tetapi pada akhirnya jika bersabar dan dapat mengawal serta menahannya, maka marah itu pun akan menjadi lebih manis daripada madu.
Kedua; semua amal kebaikan (budi), walaupun disembunyikan, maka ia tetap akan tampak juga. Ketiga; jika sudah menerima amanah seseorang, maka janganlah kamu khianat kepadanya. Keempat; jika orang meminta kepadamu, maka usahakanlah untuknya demi membantunya meskipun kau sendiri berhajat. Kelima; bau yang busuk itu ialah ghibah (menceritakan hal seseorang). Maka larilah dari orang-orang yang sedang duduk berkumpul membuat ghibah."
Saudara-saudaraku, kelima-lima kisah ini hendaklah kita implementasikan dalam diri kita, sebab kelima perkara ini sentiasa berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari. Perkara yang tidak dapat kita hindarkan setiap hari ialah mengatai seseorang, memang menjadi tabiat seseorang itu suka membicarakan kejelekan orang lain. Haruslah kita ingat bahwa mengatai kejelekan seseorang itu akan menghilangkan pahala kita, sebab ada sebuah hadis mengatakan di akhirat nanti akan ada seorang hamba Allah yang akan terkejut melihat pahala yang tidak pernah dikerjakannya. Lalu dia bertanya, "Wahai Allah, sesungguhnya pahala yang Engkau berikan ini tidak pernah aku kerjakan di dunia dulu."
Maka berkata Allah Swt, "Ini adalah pahala orang yang membicarakan tentang dirimu." Oleh karena itu seharusnya kita sadar bahwa walaupun apa yang kita kata itu memang benar, tetapi kata-mengatai itu akan merugikan diri kita sendiri. Oleh kerana itu, hendaklah kita jangan membicarakan keburukan orang lain walaupun itu benar. Wallahu'alam.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FORUM STUDI ISLAM (FOSI) 2020

  UKM LDF Al m udarris memiliki enam bidang yang masing-masing bidangnya menjalankan program kerja yang bermacam ragam , termas...