![]() |
Pada keesokan harinya, Nabi itu pun keluar dari
rumahnya menuju ke barat dan kebetulan yang pertama dihadapinya ialah sebuah
bukit besar berwarna hitam. Nabi itu kebingungan sambil berkata, "Aku
diperintahkan memakan pertama yang aku hadapi, tapi sungguh aneh sesuatu yang
mustahil yang tidak dapat dilaksanakan."
Maka Nabi itu terus berjalan menuju ke bukit itu
dengan hasrat untuk memakannya. Ketika ia menghampirinya, tiba-tiba bukit itu
mengecilkan diri sehingga menjadi sebesar roti. Maka Nabi itu pun
mengambilnya lalu disuapkan ke mulutnya. Ketika ditelan terasa sungguh manis bagaikan
madu. Nabi itupun mengucapkan syukur 'Alhamdulillah'.
Kemudian Nabi itu meneruskan perjalanannya lalu bertemu dengan sebuah mangkuk emas. Nabi itu teringat akan arahan mimpinya supaya
disembunyikan, lantas Nabi itu pun menggali sebuah lubang lalu ditanamkan
mangkuk emas itu, kemudian ditinggalkannya. Tiba-tiba mangkuk emas itu keluar kembali. Nabi itu pun menanamkannya seperti semula sehingga tiga kali
berturut-turut.
Maka berkatalah Nabi itu, "Aku telah
melaksanakan perintah-Mu." Lalu ia pun meneruskan perjalanannya tanpa
disadari oleh Nabi itu bahwa mangkuk emas itu keluar kembali dari tempat ia
ditanam.
Ketika Nabi itu sedang berjalan, tiba-tiba Nabi itu melihat
seekor burung elang sedang mengejar seekor burung kecil. Kemudian ia mendengar
burung kecil itu berkata, "Wahai Nabi Allah, tolonglah aku."
Mendengar rayuan si burung , beliau merasa simpati
lalu Nabi mengambil burung itu dan dimasukkan ke dalam bajunya. Melihatkan
keadaan itu, lantas burung elang itu pun datang menghampiri Nabi itu sambil
berkata, "Wahai Nabi Allah, aku sangat lapar dan aku mengejar burung itu
sejak pagi tadi. Oleh karena itu janganlah engkau patahkan harapanku dari
rezekiku."
Nabi itu teringat akan pesan arahan dalam mimpinya
yang keempat, yaitu tidak boleh putuskan harapan. Nabi itu menjadi kebingungan untuk
menyelesaikan perkara itu. Akhirnya ia membuat keputusan untuk mengambil
pedangnya lalu memotong sedikit daging pahanya dan diberikan kepada elang itu.
Setelah mendapat daging itu, elang itupun terbang dan burung kecil tadi
dilepaskan dari dalam bajunya.
Setelah kejadian itu, Nabi meneruskan perjalannya.
Tidak lama kemudian ia bertemu dengan satu bangkai yang amat busuk baunya,
maka ia pun bergegas lari dari situ karana tidak tahan menghirup bau yang
menyakitkan hidungnya. Setelah menemui kelima-lima peristiwa itu, maka
kembalilah Nabi ke rumahnya. Pada malam itu, Nabi pun berdoa. Dalam doanya dia
berkata, "Ya Allah, aku telah melaksanakan perintah-Mu sebagaimana
yang engkau beritahu di dalam mimpiku, maka jelaskanlah kepadaku arti semua ini."
Kemudian beliau kembali bermimpi dan Allah Swt memberi tahu maksud perintah itu, "Yang pertama engkau makan itu ialah marah. Pada mulanya
nampak besar seperti bukit tetapi pada akhirnya jika bersabar dan dapat
mengawal serta menahannya, maka marah itu pun akan menjadi lebih manis daripada
madu.
Kedua;
semua amal kebaikan (budi), walaupun disembunyikan, maka ia tetap akan tampak
juga. Ketiga; jika sudah menerima amanah seseorang, maka janganlah kamu khianat
kepadanya. Keempat; jika orang meminta kepadamu, maka usahakanlah untuknya demi
membantunya meskipun kau sendiri berhajat. Kelima; bau yang busuk itu
ialah ghibah (menceritakan hal seseorang). Maka larilah dari orang-orang yang
sedang duduk berkumpul membuat ghibah."
Saudara-saudaraku, kelima-lima kisah ini hendaklah
kita implementasikan dalam diri kita, sebab kelima perkara ini sentiasa
berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari. Perkara yang tidak dapat kita hindarkan
setiap hari ialah mengatai seseorang, memang menjadi tabiat seseorang itu suka
membicarakan kejelekan orang lain. Haruslah kita ingat bahwa mengatai kejelekan seseorang
itu akan menghilangkan pahala kita, sebab ada sebuah hadis mengatakan di
akhirat nanti akan ada seorang hamba Allah yang akan terkejut melihat pahala yang tidak
pernah dikerjakannya. Lalu dia bertanya, "Wahai Allah, sesungguhnya pahala
yang Engkau berikan ini tidak pernah aku kerjakan di dunia dulu."
Maka berkata Allah Swt, "Ini adalah pahala
orang yang membicarakan tentang dirimu." Oleh karena itu seharusnya kita sadar
bahwa walaupun apa yang kita kata itu memang benar, tetapi kata-mengatai itu
akan merugikan diri kita sendiri. Oleh kerana itu, hendaklah kita jangan
membicarakan keburukan orang lain walaupun itu benar. Wallahu'alam.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar