Translate

Selasa, 06 November 2012

NIKMATI PROSES, BUKAN HASIL (eSyiar ed. IV/44/1433)

Saudaraku, tidak ada yang nikmat untuk dinikmati selain menikmati proses. Mengapa? Ternyata yang bernilai di sisi Allah itu hanyalah proses, bukan hasil. Bukankah Allah hanya menugaskan kita untuk memasang niat yang benar, lalu berikhtiar dengan segenap kemampuan? Bukankah urusan “hasil” sepenuhnya berada di tanganNya?

Terkadang, kita memiliki hasrat yang menggebu-gebu untuk memiliki sebuah gelar: Sarjana. Lalu, dengan segenap kemampuan kita mulai berjuang untuk mendapatkannya. Tetapi, apa yang terjadi setelah kita memperoleh gelar sarjana? Rasa puas pasti hinggap sebentar di hati kita, tetapi saya yakin sekali lambat laun kita semua akan menyadari bahwa proses untuk mendapatkan gelar sarjana itu terasa lebih nikmat dibandingkan ketika kita telah mendapatkan gelar itu sendiri. Maka ketika kita masih berstatus mahasiswa ini, ada baiknya kita mereset kembali niat kita dan berikhtiar sesuai dengan jalan yang diizinkan Allah. Jika kita kuliah hanya sekedar untuk mendapatkan gelar, bagaimana kalau ternyata selesai kuliah, akan diwisuda, tiba-tiba meninggal? Toh, kita tidak tahu kapan nafas kita yang terakhir kali kita hirup, bukan? Nah, apalagi kalau ternyata kita mendapatkan gelar itu dengan cara-cara yang tidak benar, nyontek misalnya? Na’udzubillah.

Saudaraku, suatu ketika, di sebuah acara televisi favorit saya, seorang motivator pernah ditanyakan oleh seorang audiens. Pertanyaannya kira-kira begini,
“Bagaimana caranya agar saya bisa menjadi seperti Bapak yang sekarang ini, berdiri di depan orang banyak, memberikan motivasi yang mampu menginspirasi banyak orang?”
Sang motivator lalu menuliskan dua kalimat: PROSES dan JADI. Lalu, ia melingkari kata PROSES, sejenak kemudian ia berkata,
“Tiru PROSESnya, bukan JADInya. Anda ingin seperti saya berarti Anda siap melakukan berbagai usaha jatuh bangun yang telah saya alami sejak dulu,” jawabnya sembari tersenyum.

Ya, tepat sekali. PROSES. Satu hal yang harus kita yakini adalah konsep sebab akibat yang adil ini, bahwa HASIL yang baik itu selalu diperoleh setelah melalui PROSES yang baik pula. Begitu pula sebaliknya, jika PROSESnya merupakan “jalan pintas” atau jalan “menghalalkan segala cara”, maka HASILnya juga akan sepintas didapat lalu berlalu begitu saja. Maka, PROSES inilah sebenarnya yang harus kita jalani dengan hati-hati lalu kita nikmati dengan sepenuh hati. Jalani dengan hati-hati berarti kita harus melakukan proses yang “sesuai prosedur”. Tidak ada proses contek-menyontek di ujian perkuliahan, sikut-menyikut dalam perebutan jabatan, suap-menyuap dalam urusan pemenangan proyek, dan lain sebagainya. Semuanya kita lakukan dengan penuh kehati-hatian. Maka kemudian, nikmatilah ia dengan sepenuh hati ketika kita sudah berusaha untuk menjalaninya dengan benar.

Saudaraku, tentu saja menikmati proses itu tidak semudah melewati jalan tol yang sedang kosong melompong. Proses tentu saja merupakan sebuah jalan panjang dan terjal yang mengharuskan kita jatuh-bangun. Seringkali, ketika kita terjatuh di pertengahan jalan, banyak tawaran-tawaran menggiurkan agar kita melupakan nilai-nilai mulia yang masih kita pegang erat. Tapi, memang inilah yang harus kita camkan baik-baik, bahwa yang termahal itu adalah nilai-nilai yang kita jaga dalam proses. Kalau kuliah hanya untuk memudahkan kita untuk mencari uang, tok uang, pertanyaannya adalah: bukankah pencopet, perampok, dan penjambret juga memikirkan uang? Kalau hanya untuk mencari isi perut, kata Imam Ali, "Orang yang pikirannya hanya pada isi perut, maka derajat dia tidak akan jauh beda dengan yang keluar dari perutnya".

Jadi, marilah kita mereset kembali niat kuliah kita. Pasang niat yang tulus dalam hati bahwa kuliah hanyalah salah satu cara untuk menambah nilai kemanfaatan hidup kita. Kuliah hanyalah salah satu cara untuk mendapatkan ilmu, lalu menyebarkannya kepada yang lain. Begitu juga dengan mencari nafkah, niat kita hanyalah agar bisa mensejahterakan orang lain. Bukankah sebaik-baik manusia itu adalah yang paling banyak manfaatnya kepada orang lain?

Maka, saudaraku, janganlah terpukau dengan hasil. Bisa saja Anda memperoleh uang 1 miliar dengan cara yang tidak halal dalam waktu yang singkat, tapi tiba-tiba Anda kecopetan atau tiba-tiba jatuh sakit yang menghabiskan biaya pengobatan dengan jumlah yang sama. Atau, Anda mendapat rumah hasil “penggelapan dana” tertentu, namun tiba-tiba ada topan tornado yang menghantam rumah Anda. Atau juga, Anda selalu mendapat IPK 4,00 di tiap semester hasil nyontek, tapi begitu tamat Anda menjadi pengangguran abadi. Siapa tahu, Kawan? Maka, berhati-hatilah menjagi nilai-nilai selama menjalani proses. IPK itu tidak akan dibawa mati, tapi Insya Allah cara kita mendapatkan IPK itu kelak akan ditanyai di Pengadilan Akhirat.

Terakhir, yakinlah bahwa rezeki itu bukan apa yang telah kita dapatkan tapi apa yang denga ikhlas telah kita lakukan. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.

Daftar Pustaka
Manajemen Qalbu KH. Abdullah Gymnastiar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FORUM STUDI ISLAM (FOSI) 2020

  UKM LDF Al m udarris memiliki enam bidang yang masing-masing bidangnya menjalankan program kerja yang bermacam ragam , termas...