Translate

Minggu, 09 Februari 2020

NIKMAT SYUKUR

Khutbah Jum'at, 07 Februari 2020.
Masjid Jamik Kampus Kopelma Darussalam


          Ketika kita bersyukur atas nikmat-nikmat yang telah diberikan oleh Allah Swt, maka Allah akan menambahkan nikmat itu bagi kita. Tetapi ketika kita tidak mau bersyukur, ketika kita sombong dengan mengatakan bahwa hasil usaha itu adalah hasil dari keringat kita sendiri, ingat bahwa azab Allah itu pedih. Oleh karena itu bagaimana kita bersyukur diantara nikmat syukur adalah nikmat yang telah Allah berikan kepada anggota tubuh kita, dan diantara anggota tubuh yang sangat luar biasa itu adalah nikmat melihat, nikmat mata. kita dapat melihat ayat-ayat Allah, alam semesta dan sebagainya.
          Lantas bagaimana cara kita bersyukur terhadap nikmat mata atau penglihatan yang diberikan oleh Allah? Di dalam kitab Uddatussabirin, Imam Ibnu Qayyib pernah mengatakan ketika itu beliau mengutip pendapat dari pada Abu Hazem yang mana ketika itu dia ditanya, bagaimana yang dimaksud  dengan syukur kedua mata? Apa yang dimaksud dengan syukur melihat dengan kedua mata? Beliau mengatakan bahwasanya diantara syukur terhadap mata yang telah Allah berikan kepada kita, apabila engkau melihat kebaikan maka engkau ceritakan kepada yang lain namun apabila engkau melihat keburukan maka engkau menutupinya, itu di antara nikmat syukur yang harus kita syukuri.
          Ketika kita mendengar suatu kebaikan, maka kita ceritakan kepada orang lain dan kita bisa berbuat kebaikan-kebaikan. Namun ketika kita melihat keburukan atau tanpa sengaja kita melihat keburukan, maka jangan ceritakan kepada yang lain, kita tutup. Karena Rasulullah Saw pernah mengatakan dalam hadisnya “Barang siapa yang menutup aib seorang mukmin maka Allah menutup aibnya dunia dan akhirat”. Maka ini perlu kita perhatikan dan ada juga di antara kita diberikan ujian dengan tidak bisa melihat, bukan berarti Allah menghinakan orang tersebut, boleh jadi Allah memuliakan orang itu dengan tidak bisa melihat dan belum tentu kita yang bisa melihat ini lebih mulia daripada mereka yang tidak bisa melihat.
          Maka nikmat Allah ini yang perlu kita syukuri dan jangan sampai kita menjadi orang-orang yang buta. Buta yang bagaimana? Buta tatkala Allah membangkitkan kita di hari akhir nanti. Sebagaimana Allah telah berfirman “Siapa yang berpaling daripada peringatanku maka akan kuberikan kesempitan untuk nikmat dunianya. Tidak hanya itu, di hari akhir nanti dia akan dibangkitkan dalam kondisi tidak bisa melihat, dalam kondisi buta, dan dalam penuh kegelapan”.
          Lantas apa yang membuat kita di dunia ini bisa melihat namun di akhirat nanti kita akan dibangkitkan dalam keadaan buta? Dalam sebuah kisah tatkala Imam Ahmad bin Hambal beliau mengimami shalat, ketika selesai shalat ada seorang jamaah bertanya "ya Imam, berapa banyak orang yang salat hari ini?" lalu dia menjawab "hanya satu saja orang yang salat pada hari ini". lalu jamaahnya mendengar demikian mengatakan "wahai Imam, apakah kamu tidak bisa melihat banyak sekali orang yang salat? Apakah engkau sudah buta wahai Imam?" mendengar jawaban demikian Imam Ahmad bin Hambal beliau tidak tahu bahkan dia mendefinisikan siapa orang yang buta itu sebenarnya. Lalu dia mengatakan bahwa "orang yang buta itu adalah orang yang sujud dihadapan Allah yaitu orang shalat, akan tetapi ketika dilihat hubungannya dengan manusia dia takabur, dia sombong, menganggap dirinya paling hebat".
          Kemudian Imam Ahmad bin Hambal mengatakan lagi bahwasanya "orang yang buta itu orang yang shalat dan orang yang puasa, kemudian dia curang dalam jual belinya. Walaupun dia salat, dia puasa namun ketika jual-beli, dia curang dalam timbangannya, dia tidak memberikan hak yang penuh, maka dia termasuk orang yang buta. Lalu dia mengatakan lagi, orang yang buta itu orang yang bersedekah satu hari padahal dia mampu bersedekah setiap harinya. Berapa banyak nikmat yang Allah berikan kepadanya.
          Mengenai sedekah ini sangat luar biasa, Allah menyebutkan ada orang yang minta dan dia menginginkan ditangguhkan kematiannya agar dia bisa bersedekah. “ya Allah tangguhkan sebentar kematian saya”, untuk apa? agar aku bisa bersedekah dan bisa melakukan amal amal sholeh. Ingat sedekah termasuk bagian dari amal sholeh, tetapi Allah telah mengkhususkan bahwa sedekah ini merupakan keutamaan yang sangat luar biasa, maka ketika ada orang yang hanya bersedekah satu hari padahal dia bisa bersedekah setiap dari pada nikmat yang telah Allah berikan kepadanya maka dia termasuk orang-orang yang buta.
          Lalu beliau mengatakan lagi, orang yang buta itu orang yang senantiasa berdiri dihadapan Allah, dia salat tetapi hatinya selalu membawa sifat dendam, sifat marah, dan meremehkan orang muslim yang lain padahal Allah Swt mengatakan dalam Al-Quran surah Ali Imran Ayat 133-134 telah jelaskan, diantara ciri-ciri orang yang bertaqwa yang berkaitan dengan habluminannas yaitu orang yang gemar membantu orang lain baik itu dia dalam keadaan lapang atau dalam keadaan sempit dan dia mampu menahan amarahnya, mampu menahan emosinya, dan mau memaafkan kesalahan orang lain, Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik. Ini merupakan ciri-ciri yang bertaqwa yang berkaitan dengan habluminannas. Maka ketika ada seseorang yang menghadap Allah tetapi di dalam hatinya selalu membenci kepada yang lain, selalu Mendendam kepada sesama muslim, dan merendahkan yang lain maka dia termasuk orang yang buta.
          Terakhir, Iman Ahmad bin Hambal mengatakan orang yang buta itu adalah orang salat,  salat itu tidak memberikan bekas apapun pada dirinya. dan di akhir percakapan tersebut Imam Ahmad bin Hambal mengutip salah satu ayat di dalam Alquran “barang siapa di muka bumi ini yang buta mata hatinya walaupun dia bisa melihat sehingga ketika dia mati dia akan dibangkitkan dalam keadaan buta dan dia termasuk orang-orang yang sesat”, dan ini Senada dengan firman Allah “barang siapa yang berpaling dari pada peringatan ku sesungguhnya akan kuberikan kesempitan untuk kehidupan dunianya, tidak hanya itu di hari akhir nanti dia akan dibangkitkan dalam keadaan buta lalu dia protes kepada Allah, Ya Allah kenapa engkau bangkitkan aku dalam keadaan buta sedangkan aku di dunia ini bisa melihat, sedangkan aku tidak memiliki masalah dengan mata ya Allah, lalu Allah mengatakan telah datang peringatan-peringatan kami, telah banyak ayat-ayat kami tapi kalian meninggalkannya begitu saja, kalian melupakannya begitu saja, pada hari ini kalian termasuk orang-orang yang dilupakan”.
          Oleh karena itu kisah tersebut bisa kita ambil inti sari bahwasanya yang namanya ketaqwaan itu tidak hanya mengatur hubungan kita dengan Allah. Taqwa tidak ada kaitannya dengan hablum minannas, maka taqwa itu tidak hanya mengajarkan kita bagaimana cara ibadah salat, puasa, zakat, dan sebagainya tetapi taqwa ada kaitannya dengan muamalah kita. Bagaimana hubungan kita sesama kita, bagaimana hubungan kita dengan tetangga dan sebagainya. Banyak sekali ayat di dalam Alquran dan hadis rasulullah yang menceritakan tentang demikian.
          Diantaranya Rasulullah menyebutkan “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan beriman kepada hari akhir maka dia jangan sakiti tetangganya. Maka ini menunjukkan hablum minannas harus kita jaga. Ketika kita mampu menjaga kedua hal tersebut, kita jaga ketaqwaan yang berkenaan dengan hablum minallah dan hablum minannas, maka insya Allah kita akan termasuk muslim yang benar-benar bertaqwa sebagaimana wasiat Jumat yang disampaikan.
          Bertakwalah kamu dengan sebenar-benar taqwa, bagaimana yang dimaksud dengan sebenar-benarnya taqwa? Ketika kita mampu menjaga hubungan kita dengan Allah dan ketika kita mampu menjaga hubungan kita sesama manusia. Ingat yang namanya taqwa juga dikaitkan dengan kematian. Insya Allah ketika kita mampu menjaga ketaqwaan tersebut, Allah pada akhirnya wafatkan kita pada keadaan yang terbaik dan pada keadaan husnul khotimah. Amin ya robbal alamin.

Baca juga:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FORUM STUDI ISLAM (FOSI) 2020

  UKM LDF Al m udarris memiliki enam bidang yang masing-masing bidangnya menjalankan program kerja yang bermacam ragam , termas...