KAWAN, LAWAN atau KEPENTINGAN?
Oleh : Zahratul Suci
Pernahkah kita merenungkan kenapa kita bisa berteman dengan
seseorang? Karena dia baik, dia cantik? (bukan stiker iwan fals :D). Mungkin
kita pernah membaca, di dalam al-Quran, Allah SWT menceritakan penyesalan
manusia calon penghuni neraka di hari kiamat tiba disebabkan karena menjadikan
seseorang sebagai kawan dekatnya yang membuatnya terperosok dalam neraka. Allah
SWT berfirman:
يَا
وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا. لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ
الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا
“Kecelakaan
besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si Fulan sebagai teman
akrab(ku). Sesungguhnya ia telah menyesatkan aku dari al-Quran ketika al-Quran
itu datang kepadaku.” (Q.S al-Furqan:
28-29)
Mereka pun saling menuduh dan menyalahkan, bahwa temannya itulah
yang mengajak dan mendorongnya melakukan pelanggaran terhadap hukum-hukum Allah
SWT. Maka mereka --yang ketika hidup di dunia merupakan teman akrab, ketika
tiba hari kiamat kelak menjadi musuh satu sama lain sebagaimana disampaikan
dalam ayat lainnya. Allah SWT berfirman:
اَلْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ
لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ
“Teman-teman
akrab pada hari itu (datangnya hari kiamat), sebagiannya menjadi musuh bagi
sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS al-Zukhruf: 67)
Sadarkah kita selama ini persahabatan dengan motivasi
kepentingan materi, atau manfaat duniawi lainnya, tidaklah akan kekal, bahkan
tidak jarang masih di dunia pun sudah terjadi permusuhan. Yang dulunya berteman
baik, ujung-ujungnya cekcok, dan saling membongkar aib. *truestory
Persahabatan yang kekal abadi adalah persahabatan antara sesama
orang-orang yang bertakwa, persahabatan yang didasarkan pada landasan
ketakwaan, bukan persahabatan yang didasarkan kepada kesamaan kepentingan
duniawi, kesukuan, atau kebangsaan.
Persahabatan yang terbangun atas dasar Islam bisa dibuktikan
dengan melihat sejauh mana kesesuaian mereka dengan syari’at Allah dalam
menjalin hubungan.Kawan sejati adalah yang akan memberikan nasihat kepada
sahabatnya, akan mengingatkannya ketika keliru, dan akan bekerjasama dalam
menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar di tengah-tengah manusia dapat
dilaksanakan. Kawan sejati bukanlah kawan yang diam saja ketika sahabatnya
menyimpang dari aturan Allah SWT.
"Pada suatu hari, ada dua orang pemuda sedang berkelahi,
masing-masing dari kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Pemuda Muhajirin itu
berteriak; 'Hai kaum Muhajirin, (berikanlah pembelaan untukku!) ' Pemuda Anshar
pun berseru; 'Hai kaum Anshar, (berikanlah pembelaan untukku!) ' Mendengar itu,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar dan bertanya:
مَا
هَذَا دَعْوَى أَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ
'Ada apa ini? Bukankah ini adalah seruan jahiliah? ' Orang-orang
menjawab;
لَا
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِلَّا أَنَّ غُلَامَيْنِ اقْتَتَلَا فَكَسَعَ أَحَدُهُمَا
الْآخَرَ
'Tidak ya Rasulullah.
Sebenarnya tadi ada dua orang pemuda yang berkelahi, yang satu mendorong yang
lain.'
Kemudian Rasulullah bersabda:
فَلَا
بَأْسَ وَلْيَنْصُرْ الرَّجُلُ أَخَاهُ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا إِنْ كَانَ
ظَالِمًا فَلْيَنْهَهُ فَإِنَّهُ لَهُ نَصْرٌ وَإِنْ كَانَ مَظْلُومًا
فَلْيَنْصُرْهُ
“Tidak
mengapa,hendaklah seseorang menolong saudaranya (sesama muslim) yang berbuat
zhalim atau yang sedang dizhalimi. Apabila ia berbuat zhalim/aniaya, maka
cegahlah ia untuk tidak berbuat kezhaliman dan itu berarti menolongnya. Dan
apabila ia dizalimi/dianiaya, maka tolonglah ia!”(HR. Muslim dari Jabir r.a).
(Seharusnya) seperti inilah kita lakukan dalam setiap sisi kehidupan,
siapapun teman kita, apakah dia miskin atau kaya, pejabat, penguasa ataupun
rakyat jelata, persahabatan yang tercermin dengan sikap saling membantu dan
memotivasi untuk berbuat keta’atan kepada Allah, dan saling mengingatkan dan
mencegah dari pelanggaran syari’at-Nya.
Disisi lain
ketika teman kita berbuat maksiyat, mengajak pacaran dan pergaulan bebas,
melanggar aturan-Nya,
memprovokasi umat untuk menolak syari’at-Nya, membuat aturan yang bertentangan
dengan aturan-Nya, menggadaikan negeri ini kepada asing dengan
kebijakan-kebijakannya, maka seharusnya sikap
seorang sahabat adalah dengan mengingatkannya dan mencegahnya dari melakukan yang
demikian tersebut, membiarkannya atau mensupportnya untuk berlaku dzolim
bukanlah sikap seorang kawan sejati, bahkan ini adalah sikap yang akan
mencelakakannya diakhirat kelak.
Kita memang harus siap berkawan dengan siapa saja --meskipun
sebelumnya menjadi musuh kita-- jika Islam menghendaki kita harus bersatu.
Sebaliknya, kita harus sanggup menjadikan siapa pun sebagai musuh kita
--termasuk orang yang sebelumnya amat dekat dengan kita-- jika mereka menentang
Islam, menghalangi dakwah, atau menyuburkan kemaksiatan, yang oleh karenanya
Islam menghendaki kita menjadikannya sebagai musuh. Jadi, kawan dan lawan tak selalu
abadi, namun kehendak Islamlah yang abadi, dan faktor itulah yang harus kita
jadikan sebagai landasan dalam memilih kawan. Semoga Allah memberikan
kawan-kawan sejati kepada kita, kawan yang bisa menjalani suka-dukanya
kehidupan dalam langkah menggapai ridho Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar